Rabu, 22 Juli 2015

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 15 Juli 2015



Master Hai Xian telah memperagakan kepada kita dengan sempurna. Beliau tidak mengenal aksara, tidak pernah bersekolah, gurunya hanya menurunkan padanya sepatah “Namo Amituofo”, mengajarinya untuk melafal berkesinambungan, membangkitkan tekad terlahir di Alam Sukhavati. Dia begitu patuh dan tulus, melakukannya dengan serius, sepatah Amituofo ini dilafalnya selama 92 tahun, dia telah berhasil.

Demikian pula dengan ibundanya, adik seperguruannya, dan juga di daerah setempat terdapat seorang Bhiksu senior yang bernama Lao De, empat orang ini menggunakan sepatah Amituofo. Empat orang ini serupa tidak mengenal aksara dan tidak pernah bersekolah, dan mereka semua berhasil, meraih keberhasilan yang tak terbayangkan!

Master Lao De juga meraih keberhasilan yang menakjubkan, setelah wafat dua tahun kemudian, ada orang bertemu dengannya di jalanan Kota Wuhan, keadaannya masih serupa dulu, menenteng sebuah tas kain dan berpindapatra. Ketika bertemu dengan orang-orang sekampungnya, mereka bertanya pada master, kapan anda pulang kampung? Bagaimana kalau kita pulang bersama-sama saja.

Master Lao De menjawab, dua hari lagi saya baru bisa pulang, kalian pulang duluan. Ketika mereka pulang sampai di kampung, barulah mengetahui bahwa dua tahun yang lalu Master Lao De telah wafat, kuburannya juga masih ada di tempat tersebut, sungguh tak terbayangkan.

Kita mengetahui bahwa Buddha dan Bodhisattva amat bermaitri karuna, demi membantu kita para makhluk di lautan penderitaan ini, barulah membuat penjelmaan ini, untuk memperteguh keyakinan dan tekad kita.

Asalkan kita melakukannya sesuai dengan apa yang tertera di dalam sutra, maka tidak ada yang tidak berhasil, tidak ada yang tidak terlahir ke Alam Sukhavati, dengan terlahir ke Alam Sukhavati maka keberhasilan ini barulah sempurna.              

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 15 Juli 2015

海賢老和尚做給我們看了,他做得徹底,做得究竟,做得圓滿。他不認識字,沒有念過書,師父只傳他一句「南無阿彌陀佛」,教他一直念下去,求生淨土。他聽話,他老實、真幹,這一句名號念了九十二年,他成功了。還有他母親、他師弟,當地還有一個老德和尚,這四個人都是一句佛號。四個人都不認識字,沒念過書,四個人統統成就了,不可思議的成就!

老德和尚也不可思議,往生了兩年,有人在武漢街上碰到他,還跟從前一樣,揹個布袋到處化緣。遇到家鄉的一些同鄉,告訴他,回不回去?跟我們一起走。他說我還過兩天,你們先回去。回去之後,回去一問,兩年前過世了,墳墓還在那個地方,不可思議。我們知道,佛菩薩無盡的慈悲,像我們上一段末尾所講的,慈悲到極處,幫助我們苦難眾生,為我們做這個示現,堅定我們的信心、願心。我們只要照做,沒有不成功的,沒有不往生的,往生就是圓滿成就。

文摘恭錄 — 二零一四淨土大經科註  (第二一三集)  2015/7/15








Dikisahkan ada seorang Bhiksu yang menempuh perjalanan ke Gunung Wutai (konon Gunung Wutai adalah tempat pertapaan Bodhisattva Manjusri), Bhiksu ini amat tulus, dengan melakukan “tiga langkah satu namaskara” mendaki hingga ke atas gunung. Di tengah perjalanan dia melihat ada sebuah gua, di atas gua terpampang papan yang bertuliskan “Gua Vajra”, melihat judul gua tersebut, si Bhiksu merasa amat bersukacita, lalu dia melangkah masuk ke dalam.

Di dalam gua tersebut tampak luas sekali, terdapat banyak aula-aula besar, ada banyak orang, dia melihat di dalam aula besar tersebut tidak ada rupang Buddha, makanya merasa amat heran. Ketika hendak meninggalkan tempat tersebut, ada seorang samanera kecil yang memanggilnya, dia amat tercengang, di tempat begini bagaimana ada yang mengetahui namanya?

Kemudian samanera kecil itu berkata, guruku memanggil anda masuk ke dalam. Setelah masuk tampak seorang Bhiksu tua, setelah melakukan namaskara lalu dia berkata pada Bhiksu tua ini, tempat ini sangat bagus, bolehkah saya melatih diri di sini? Bhiksu tua itu menjawab bahwa sekarang masih belum bisa, anda harus meninggalkan tempat ini, anda tidak boleh tinggal di tempatku ini.

Ketika ditanya mengapa di tempat tersebut tidak tampak rupang Buddha? Bhiksu tua itu menjawab bahwa di tempatnya tidak terpakai. Ini adalah ucapan Aliran Dhyana, yakni tidak melekat pada rupa, dan masih mengucapkan banyak perkataan lainnya.

Ketika meninggalkan tempat tersebut, hari sudah gelap, Bhiksu itu melanjutkan perjalanannya. Dalam perjalannya tiba-tiba dia berpapasan dengan seorang anggota Sangha Tantrayana yang berpesan padanya agar tidak menempuh perjalanan pada malam hari karena amat berbahaya, sebaiknya menginap semalam di sini, maka itu dia memutuskan untuk bermalam di sana.

Kemudian ketika mereka mengobrol, Bhiksu itu bertanya pada anggota Sangha Tantrayana ini, berapa jumlah kalian yang naik ke atas gunung? Dia menjawab, sekitar beberapa ratus orang saja, tidak banyak.

Bhiksu itu merasa aneh, tidak betul, saya melihat di dalam gua tersebut ada sekitar tujuh atau delapan ratus orang, anggota Sangha Tantrayana juga merasa heran dan mengaku bahwa dia belum pernah melihat tempat yang dimaksud. Kami sudah tinggal di sini selama bertahun-tahun, tetapi tidak pernah melihat apa yang disebut dengan Gua Vajra.

Ketika mereka masih tenggelam dalam kebingungan, tiba-tiba ada yang berkata pada mereka, apakah yang kalian lihat adalah Bodhisattva Manjusri? Begitu mendengar ucapan ini, si Bhiksu langsung mengalirkan air mata, telah melewatkan kesempatan yang begitu berharga karena tidak mengenali Bhiksu tua tersebut.

Kemudian Bhiksu itu dengan tergesa-gesa kembali ke tempat yang dikenalinya sebagai Gua Vajra, tetapi tidak berhasil menemukannya, inilah jodoh, hanya berkesempatan bertemu sekali saja, setelah menjelajah seluruh gunung juga tidak diketemukan Gua Vajra tersebut.

Maka itu jalinan jodoh adalah tidak mudah, Bhiksu itu memiliki ketulusan hati sehingga dapat bertemu dengan Bodhisattva Manjusri, hal ini membuktikan bahwa Bodhisattva Manjusri berada di Gunung Wutai.

Dengan perkataan lain, tempat pertapaan Bodhisattva Samantabhadra di Gunung Emei, Bodhisattva Avalokitesvara di Gunung Putuo, Bodhisattva Ksitigarbha di Gunung Jiuhua, adalah nyata adanya.  

Tanpa adanya para Bodhisattva ini, maka dunia ini akan mudah ditimpa bencana besar, oleh karena para Bodhisattva melindungi dunia ini meskipun bencana besar itu datang namun takkan menimbulkan dampak yang begitu parah, sebagian insan bajik juga dapat lolos dan selamat.             

Kutipan Ceramah Master Chin Kung 15 Juli 2015


有個出家人在五台山,很虔誠,在五台山下三步一拜拜上去。在路上的時候看到有個洞,上面題到「金剛洞」,他看到這個名詞很歡喜,他就進去了。進去看裡面非常開闊,裡面有很多大殿,有很多人,看到裡面大殿裡頭沒有佛像,他很奇怪。要離開的時候,一個小沙彌叫他,他非常驚訝,這個地方怎麼有人叫我的名字?結果小沙彌告訴他,我師父叫你進去。進去有個老和尚,他頂了禮,跟這個老和尚說,這個地方很好,你這個地方很好,我想在這裡修行,可不可以?老和尚說現在不行,你還是要離開,我這裡你不能住。問他為什麼沒有佛像?他說我這裡用不著,這禪宗的話,不著相,還說了許多話。他還記得一首偈子,這個偈子可以橫看、可以豎看,橫看,現前的樣子,豎看,文化大革命以後。所以文化大革命期間,廟裡頭沒有僧,佛龕裡頭沒有佛,示現給他看。

他離開了,走路,天黑了,遇到一個出家人,西藏的,跟他講,你不能再走了,晚上走路危險,在這兒住一晚上,他就住下了。聊天聊起來,講這個出家人,說你們山上有多少出家人?他說大概幾百個人,不多,人家打千僧齋都沒有辦法湊到一千人。他說不對,我看到一個地方就有七、八百人,講的是金剛洞。他說沒有聽說,從來我們這裡沒有這麼個地方,我在這裡住了多年。他們就很疑惑。有人提起來,你是不是見到文殊菩薩了?他一聽,眼淚就下來了,當面錯過,不認識。再下山去找,找不到,這有緣,見一次,找遍全山也找不到一個金剛洞。所以,緣很不容易,他的心很不錯,真誠心,能夠遇到文殊菩薩,說明文殊菩薩在五台山。換句話說,峨嵋山的普賢菩薩,普陀山的觀音菩薩,九華山的地藏菩薩,都在。要沒有這些菩薩在,這個世界亂成一團,不知道要遭什麼災難。有這些菩薩坐鎮,災難縱然有,不是很嚴重,一般善心人士都能平安度過。

文摘恭錄 — 二零一四淨土大經科註  (第二一三集)  2015/7/15